Benteng Portugis adalah
salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang
terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau 45 km di sebelah
timur laut Kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan
aspal berbatu dan hanya dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi
dikarenakan tidak ada rute transportasi umum ke situs sejarah ini.
Dilihat dari sisi geografis benteng[2] ini nampak sangat strategis untuk
kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan
meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah
bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau
mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada
di bawah kendali Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran
kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Alamat
Benteng Portugis terdapat di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau 45
km di sebelah timur laut Kota Jepara. Jalan untuk menuju Benteng
Portugis dapat ditempuh dengan jalan aspal yang banyak berlubang, baik
melalui kota Jepara ataupun dari kota Pati melalui kecamatan Dukuhseti
atau kecamatan Tayu.
Sejarah
Pada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan
saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap
sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia.
Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam
dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu
Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah
Belanda. Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun
1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram.
Kejadian ini membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa
dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal
Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya
bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa
Portugis.
Mitos
bangsa Portugis hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini.
Banyaknya gangguan yang memakan korban kiranya menjadi salah satu
alasannya. Di Selat Mandalika itu ada pusaran air laut. Seturut cerita
rakyat sekitar, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng
Siluman yang dirajai oleh Siluman Bajul Putih. Setiap ada orang berkulit
putih seperti bangsa Portugis pastilah tersedot ke dalam laut hilang
entah kemana. Kejadian itu sesuai dengan sumpah Siluman Bajul Putih
ketika dikalahkan oleh Ki Leseh.
Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti
kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke
dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan
yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya
Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan
darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi
perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan.
Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya
ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali
orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut
diganggu roh-roh penghuni benteng itu.
Masa Penjajahan
Pada waktu Jepang menampakkan[3] kakinya di bumi Nusantara, benteng ini
kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut.
Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar,
semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar.
Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang
dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun
kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di
tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai.
Menurut penuturan bekas para pekerja paksa Jepang (Romusha), di bawah
menara dibuatkan lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit.
Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng
hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh
Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus
angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap
kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi. Melihat pengunjung makin
banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini
sehingga semakin menarik dikunjungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar