Simbol pluralisme pada awal perkembangan Islam dengan perpaduan budaya
Islam dan Hindu yang terdapat pada Gapura Masjid Jami' Baiturrahman
Robayan. Gapura Masjid Jami' Baiturrohman 1 Robayan dahulunya hanya
berupa batu bata yang disusun menjadi gapura. Untuk menjaga batu bata
tidak lapuk, maka warga desa Robayan menutupi gapura dengan melapisi
dengan semen seperti sekarang. Walaupun bentuk masjidnya sekarang sudah
direnovasi dan bentuk awalnya sudah tidak kelihatan lagi, tetapi ada
yang tidak diubah dan dibiarkan masih seperti aslinya yaitu gapura
masjid. bentuk gapura pada Masjid Jami' Baiturrahman I Robayan yang
menggambarkan bentuk akulturasi arsitektur Hindu dan Islam. Gapura
masjid tersebut dahulunya terdapat piring-piring khas Tiongkok,
kemungkinan dulu Mbah Roboyo mendapatkan piring tersebut sebagai hadiah
dari saudagar dari Tiongkok. Tapi karena piring-piring tersebut rusak,
pada saat mengganti plester atau semen pelapis gapura, sehingga piring
tersebut tidak dipasang karena kondisinya rusak. Ada mitos ketika jalan
raya dan pembangunan parit di depannya ingin diperlebarkan. Gapura harus
dibongkar, tetapi setelah diukur ulang tiba-tiba gapura seolah-olah
bergeser, sehingga tidak menghalangi perlebaran jalan. Bahkan ketika
masjid direnovasi masyarakat Robayan meminta ijin kepada Mbah Roboyo,
dengan cara sowan kemakam beliau.
Masjid ini pun mempunyai mimbar untuk khotbah yang menurut cerita
orang-orang tua dahulu mimbar tersebut dibuat oleh seorang wali yang
sekaligus membangun Masjid Jami’ Baiturrahman I Robayan. Dahulu pintu
masjid sempit dan kecil, seorang wali tersebut membuat mimbar khotbah di
luar masjid. Setelah mimbar selesai, ternyata ukurannya lebih tinggi
dan besar daripada pintu masjid, tetapi wali tersebut bisa memasukan
lewat pintu tersebut dengan mudahnya dan dapat diletakkan di bagian
utama masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar